17 September 2024 | pengurus pusat | Catatan Intelektual | 8 | 1
Bulan September menjadi bulan yang dipenuhi oleh sejumlah peristiwa kelam yang menorehkan luka bagi sejarah Bangsa Indonesia. Maka dari itu sebagai lupaya refleksi-kritis setiap tahun diperingatilah sebuah ungkapan “September Hitam” atau “Black September”. Mengapa disebut September Hitam? Karena di bulan ini berbagai tragedy pelanggaran Hak Asasi Manusia telah terjadi dan sampai sekarang masih meninggalkan jejak duka dan trauma yang sulit terhapus dari ingatan masyarakat secara kolektif. Dimulai dari tindakan yang bertensi pembantaian secara brutal dan tindakan represif yang melanggar kemanusiaan (humanity). Di bulan September ini menjadi pengingat akan perjuangan para korban pelanggaran HAM dalam mencari keadilan. Secara garis besar pelanggaran Hak Asasi Manusia yang menjadi catatan di Bulan September Hitam ini meliputi:
1. Pembunuhan Munir (7 September 2004)
Pada 7 September 2004 publik Indonesia dikejutkan oleh kematian Munir Said Thalib yang merupakan seorang aktivis Hak Asasi Manusia yang dikenal vocal dalam menyuarakan keadilan. Adapun Munir dibunuh secara tragis dalam pesawat penerbangan Jakarta-Amsterdam dengan diracun menggunakan racun arsenic. Peristiwa ini secara monumental menandai atas hilangnya symbol Hak Asasi Manusia melalui tokoh munir serta hingga kini masih terdapat dugaan bahwasannya aparat negara turut andil dalam upaya pembunuhan ini.
2. Tragedi Tanjung Priok (12 September 1984)
Tragedi Tanjung Priok merupakan peristiwa kerusuhan yang melanda kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara yang menyebabkan banyak korban jiwa, luka, serta kebakaran pada sejumlah Gedung. Kerusuhan ini diawali dengan kejadian sekelompok aksi massa yang kemudian memicu bentrokan dengan pihak aparat keamanan. Dalam insiden tersebut tercatat 9 orang tewas akibat kebakaran dan 24 orang lainnya tewas akibat tindakan represif aparat.
3. Penembakan Pendeta Yeremia (18 September 2020)
Pendeta Yeremia, seorang tokoh agama yang dikenal aktif dalam mendukung perdamaian dan keadilan ditembak mati oleh sekelompok orang tak dikenal di distrik Hidatipa, Kabupaten Intan Jaya, Papua pada 18 September 2020. Insiden ini memicu keguncangan dan kemarahan publik serta menambah daftar Panjang tindakan kekerasan yang melibatkan kelompok bersenjata di Papua.
4. Reformasi dikorupsi (23-30 September 2019)
Di kurun tanggal 23 hingga 30 September 2019 Indonesia mengalami serangkaian gejolak demonstrasi berskala besar yang dikenal dengan aksi “Reformasi Dikorupsi” Di mana tuntutan dari aksi ini ialah pembatalan revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (UU KPK) dan menolak sejumlah RUU bermasalah. Aksi ini diwarnai dengan kejadian kericuhan antara aparat dan peserta aksi. Menurut catatan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KONTRAS) terdapat lima orang yang meninggal akibat aksi Reformasi Dikorupsi.
5. Tragedi Semanggi 2 (24 September 20240
Tragedi Semanggi 2 menjadi salah satu episode kelam dalam sejarah Indonesia. Ketika aksi protes Mahasiswa di kawasan Semanggi, Jakarta pada 24 September 1999 berakhir dengan kekerasan tragis di mana aparat keamanan melakukan tindakan represif terhadap para demonstran yang menggelar unjuk rasa menuntut reformasi politik dan keadilan.
6. Penembakan Randi-Yusuf (26 September 2019)
Randi dan Yusuf, dua mahasiswa Papua yang menjadi korban penembakan aparat keamanan di Makassar, Sulawesi Selatan dalam protes yang berlangsung pada tanggal 26 September 2019 di mana kedua mahasiswa terlibat dalam aksi demonstrasi yang menuntut hak-hak rakyat Papua dan menolak tindakan represif terhadap demonstran, penembakan ini menambah daftar kekerasan yang menimpa aktivis dan mahasiswa di Indonesia.
7. Pembunuhan Salim Kancil (26 September 2015)
Pada 26 September 2015, Salim Kancil, Seorang petani dan aktivis lingkungan asal Lumajang, Jawa Timur dibunuh secara brutal oleh sekelompok orang yang diduga memiliki hubungan dengan kepentingan tambang pasir di daerahnya mengingat sepak terjang Salim Kancil merupakan seorang yang vocal memperjuangkan perlawanan atas eksploitasi tambang yang merusak lingkungan dan mengancam kehidupan masyarakat lokal.
8. Tragedi Pembantaian 1965-1966
Pembantaian berskala masal yang terjadi di Indonesia pasca gagalnya kudeta 30 September menyebabkan upaya penangkapan dan pembersihan yang ditujukan kepada orang-orang yang dituduh dan dicurigai sebagai simpatisan Gerakan 30 September, sebagaian besar sejarawan menyepakati bahwasannya jumlah korban dari peristiwa ini mencapai setengah juta orang.
Catatan Kritis
Permasalahan Hak Asasi Manusia menjadi masalah yang harus diselesaikan dan dituntaskan di negri ini. Sepanjang sejarah perjalanan bangs akita darah, nyawa, dan penghilangan baik secara fisik maupun non-fisik menjadi hal yang lumrah bahkan kerap terjadi. Apakah Hak Asasi Manusia di negri ini tidak seberharga ambisi-ambisi kepentingan pragmatis dan kalkulatif? Sebagai bentuk kepedulian, pengawalan, serta keberpihakan atas setiap individu yang hak-hak nya dikebiri, dibungkam, dan dilenyapkan. Maka dengan ini Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik Indonesia:
1. Menyatakan solidaritas dan empati kepada seluruh korban Pelanggaran Hak Asasi Manusia di seluruh tanah air.
2. Meminta pemerintah untuk menangani dan memberikan perhatian atas penyelesaian dan pencegahan pelanggaran HAM.
3. Memberikan kompensasi kepada seluruh korban, keluarga korban, dan siapapun yang terkena dampak tindakan pelanggaran HAM.
4. Menegakkan supremasi hukum dan kebijakan dalam rangka menjunjung tinggi dan menjamin kedaulatan Hak Asasi Manusia secara universal.
5. Usut tuntas dan tindak tegas para pelanggar Hak Asasi Manusia.
#MerwatIngatan #AdilipelanggarHAM #KeadilanTakkanMati
#MerwatIngatan #AdilipelanggarHAM #KeadilanTakkanMati
KOMENTAR
que tan efectivo es priligy
07 Mar 2025 23:32
It has long been thought that diverticulitis occurs when a micro or macro perforation develops in a diverticulum resulting in the release of intestinal bacteria and triggering inflammation <a href=https://fastpriligy.top/>how can i buy priligy in usa</a> Does Maca Root Lower Blood Pressure